Lady Frizzy's shout: Tips hidup di tempat yang bernama bumi; Melakukan yang Terbaik

Kiss me, Ryan!


         "Ga pacaran namanya kalau ga ada istilah pelukan ama ciuman"
Ucapan Eva terngiang-ngiang di kepalaku. Apa memang benar? Aku masih ingat kerlingan nakalnya kepadaku saat dia mengatakan hal itu ketika kami duduk bersama di teras rumahku. Dan kemudian dia memaksaku mengatakan kalau aku sudah pernah melakukannya. Terang saja aku mengatakan tidak pernah, walau dia terus mendesakku karena memang aku tidak pernah melakukannya. Aku benar tidak pernah melakukannya, melakukannya dengan Ryan, hal itu tidak pernah terjadi. Pikiranku melandas pada wajah pacar pertamaku itu. Dia adalah seorang lelaki yang manis dan baik hati. Dia juga seorang cowok yang bertanggung jawab. Walau temannya sering merendahkan kepribadiannya, mengatakan dia terlampau baik, ataupun naif, Aku yakin Ryan benar-benar akan memegang kepribadiannya itu. Dia baik, makanya dia tidak pernah memeluk ataupun menciumku. Bukan karena dia seorang pecundang, tapi dia memang benar-benar menjaga perasaanku. Ryan, pria yang baik, gumamku saat membereskan kaleng biskuit yang isinya sudah aku habiskan bersama Eva.
 
Ryan meminta izin kepada ibu agar ia bisa mengajakku ke luar malam ini. Dan aku tahu Ibu akan segera mengangguk dan kemudian memberikan basa basi manis kepada pria yang benar-benar sopan ini. Aku segera keluar dari kamar dan berlari mendapatkannya, dan kami pun meninggalkan rumah dengan meninggalkan debu asap motor di halaman rumahku. Aku yakin ini akan menjadi malam yang hebat namun terasa ada segelintir ketakutan di hatiku. Kupandangi tengkuk lelaki yang memboncengku ini. Apa benar ada ketulusan di hatinya. Dia tidak pernah menyentuhku, gumamku. Apa dia tidak menginginkannya? Mustahil. Setiap pria memiliki nafsu. Dan ucapan Eva benar, keterlaluan kalau kami tidak pernah melakukan hal itu padahal kami sudah sama-sama dewasa. Ryan, kamu terlampau baik untukku. Aku jadi takut apa aku benar-benar mencintaimu atau hanya terenyuh.

Makan malam di kafe. Berbagi cerita yang ringan, berbagi canda dan ledekan. Aku tahu Ryan berusaha membuat kebersamaan kami tidak membosankan. Terlalu memaksa, dia selalu berbicara, bertanya, dan berpendapat demi waktu tidak terbuang sia-sia dalam hening. Aku mengamati setiap ekspresi wajahnya. Dia benar-benar tulus. Oh, Tuhan, sebenarnya ini hal yang baik. Tetapi mengapa aku jadi dilema. Semuanya terlalu lancar, Apakah ini normal, atau ini memang benar-benar aneh.

Hingga kemudian kami berdua duduk di bangku taman melepas lelah dan rasa jenuh karena sudah duduk di atas motor selama berjam-jam. Beberapa menit kami saling bertanya tentang perasaan masing-masing, dan kemudian diam. Tenggelam dalam keheningan. Lama, lama, dan lama. Aku ingin membuka pembicaraan, tapi tidak tahu hendak berkata apa. Terlintas untuk mengajaknya pulang, tapi tidak tega melihat dia sedang asyik dalam diam. Selang kemudian, dia menyebut namaku.
"Friska,...."
Aku memalingkan wajahku untuk melihatnya. Kuangkat alisku, pengganti pertanyaan ada apa. Dia memandangku sejenak, dan kemudian memalingkan wajahnya. Aku melihat garis senyum di pipinya. Ada apa? Beberapa saat kemudian dia memanggilku lagi.
"Apa sih?" Tanyaku.
Lagi-lagi dia memalingkan wajahnya. Dan kemudian berkata, "Tidak ada apa-apa"
"Ah, Aneh kamu. Kita pulang aja, yuk!" Ucapku.
"Pulang?" tanyanya sambil mengangkat keningnya.
"Kan udah malam.." Ucapku.
Dia melihat jam tangannya. Memandang sekeliling dan kemudian bangkit berdiri dan berjalan mendekati motor. Dia mengulurkan helm kepadaku. Aku tersenyum, bangkit berdiri dan menerima helm itu.
Dan kami pun pulang.

Aku tidak bisa tidur juga. Berguling ke sana kemari, tapi mataku enggan untuk terpejam. Ini benar-benar tidak menyenangkan. Aku turun dari ranjang dengan frustasi. Kuraih handphoneku dan aku memutuskan untuk bermain game. Kubaringkan badanku di atas ranjang, dengan tangan bergerak lincah di keypad dan mata yang terpaku pada layar handphone. Sesaat kemudian mataku sayup, aku mengantuk. Tapi getaran hp kemudian membangunkan aku. Sebuah sms menghampiri.
Td paz di taman, sebnrnya
aku mw minta ciuman......
Qm keberatan ga? Blz.
Aku tersenyum. Tidak usah dibalas, pura-pura sudah tidur aja, ah.